Orang yang mengingat Allah atau yang berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala itu mendapatkan julukan “Jaliis Ar Rahman” (teman duduk Allah subhanahu wata’ala), karena dia sedang berdzikir dan menghadap kepada Allah, menyebut nama Allah subhanahu wata’ala, dimana ketika di muka bumi ia mengingat dan menyebut nama Allah, maka Allah subhanahu wata’ala menyebut-nyebut namanya di hadapan para malaikat Allah, dan Allah subhanahu wata’ala berfirman :
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
( البقرة : 152 )
“Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu”. ( QS. Al Baqarah : 152)
Jadi, jika seseorang ingin selalu diingat oleh Allah subhanahu wata’ala maka tidak ada cara lain kecuali dia selalu mengingat Allah subhanahu wata’ala baik dalam keadaan gembira atau senang, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
تَعَرَّفْ إِلَى الله ِ فِيْ الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِيْ الشِّدَّ ةِ
“ Kenalilah Allah di waktu senang pasti Allah akan mengenalimu di waktu sempit (kesusahan)”
Tatkala engkau dalam keadaan senang dan gembira, diberi nikmat oleh Allah subhanahu wata’ala dan kau tidak lupa untuk bersyukur kepada Allah lalu engkau salurkan nikmat itu di jalan yang diridhai oleh Allah, maka Allah akan terus menambahkan nikmat itu hingga tiada habisnya pemberian dari Allah subhanahu wata’ala. Dan tatkala engkau dalam keadaan kesulitan, dalam keadaan diuji oleh Allah subhanahu wata’ala dengan musibah atau bala’, dan sebelum engkau mengangkat kedua tanganmu dihadapan Allah subhanahu wata’ala, sebelum engkau meneteskan air matamu di hadapan Allah ketahuilah bahwa Allah mengenalmu karena disaat gembira engkau menyebut-Nya. Adapun bershalawat kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bentuk dari berdzikir kepada Allah, sebagaimana tafsir dari firman Allah :
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
( الشرح : 4 )
“ Dan Kami tinggikan sebutan (nama) mu”. ( QS. Al Insyirah : 4 )
Ayat ini ditafsirkan dalam hadits qudsi :
يَا مُحَمَّدُ جَعَلْتُكَ ذِكْرًا مِنْ ذِكْرِيْ مَنْ ذَكَرَكَ فَقَدْ ذَكَرَنِيْ وَمَنْ أَحَبَّكَ فَقَدْ أَحَبَّنِيْ
<strong> “ Wahai Muhammad, Aku telah menjadikanmu dzikir dari dzikirku, barangsiapa yang menyebutmu maka ia telah menyebut-Ku, dan barangsiapa yang mencintaimu sungguh ia telah mencintai-Ku”</strong>
Sehingga tidak disebut nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali pasti ada nama Allah, dan tidak juga disebut nama Allah subhanahu wata’ala kecuali pasti ada nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana Shahib Ad Diba’ mengatakan :
<strong> قَرَنَ إِسْمَهُ مَعَ اسْمِهِ تَنْبِيْهًا لِعُلُوِّ مَقَامِهِ </strong>
<strong><strong> “Menggabungkan namanya (nabi Muhammad) dengan nama-Nya (Allah) karena tingginya kedudukannya”.</strong></strong>
<strong> </strong>
<strong>
Dan barangsiapa yang menyebut nama nabi Muhammad, maka berarti ia telah menyebut nama Allah, dan barangsiapa yang mencintai nabi Muhammad maka ia telah mencintai Allah.
Alangkah beruntungnya orang-orang yang mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi Muhammad adalah sosok seorang pemimpin yang dicintai oleh ummatnya, bahkan musuh pun mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sebelum mereka mengetahui bahwa nabi Muhammad adalah seorang nabi dan rasul, bahkan mereka memberikan julukan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam<strong> “Al Amin”,</strong> orang yang dipercaya, sehingga mereka menaruh amanat-amanat mereka bukan kepada Abu Jahl atau Abu Lahb, bukan kepada musuh-musuh Allah, akan tetapi kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa? karena mereka mengenal siapa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana barangsiapa memandang wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, baik dia orang mu’min atau kafir pun maka ia akan mengetahui bahwa wajah itu bukanlah wajah seorang pendusta, begitu pula para pewaris nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam apabila wajah mereka maka menyejukkan hati, yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:</strong>
<strong> <strong> الَّذِيْنَ إِذَا رُؤُوْا ذَكَرَا اللهَ </strong></strong>
<strong><strong>Jika wajah mereka dipandang maka akan mengingatkan kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pemimpin, bukan hanya pemimpin di dunia saja akan tetapi beliau adalah pemimpin di dunia, di barzakh, dan di akhirat, sayyidul awwalin wal akhirin wa sayyidul anbiya’ wal mursalin, sayyiduna Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.</strong></strong>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar